Mengapa Anak Broken Home 'kurang' diterima sebagai menantu/mantu?

Anak Broken Home di Mata Mertua
 


Istilah "anak broken home"? Pasti sudah gak asing bukan? Nah, kali ini, kita akan membicarakan bagaimana anak-anak dari keluarga terpisah - yang sering disebut sebagai anak broken home - dilihat oleh mertua dalam konteks pernikahan. Nggak bisa dipungkiri, masalah ini bisa jadi tantangan besar dalam membina hubungan harmonis. Apalagi, buat kamu yang mungkin sedang berada dalam situasi seperti ini. Begini cara-cara yang bisa dilakukan untukmenghadapi stigma itu.


Ngomong-ngomong soal mertua, siapa yang nggak merasa deg-degan ketika pertama kali ketemu mereka? Apalagi kalau kita tahu mereka memiliki pandangan awal yang mungkin kurang positif terhadap kita, anak broken home. Jadi, ini dia, tantangan pertama yang bisa kita hadapi. Memang, nggak semua mertua memiliki prasangka buruk, tapi apa daya, kadang prasangka ini muncul begitu saja. Nah, di sini, kita perlu memahami bahwa faktor apa sih yang bikin pandangan mereka jadi kurang menguntungkan buat kita? Apakah pengalaman masa lalu yang masih terkait dengan persepsi mereka? Ataukah ada hal-hal lain yang memengaruhi?


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penolakan


Ternyata, banyak hal yang bisa memengaruhi pandangan negatif mertua terhadap anak broken home. Mulai dari norma-norma sosial dan budaya yang kadang membatasi pemahaman mereka, hingga pengalaman masa lalu yang membuat mereka berpikir dua kali sebelum menerima anak dari keluarga terpisah. Ingat, nggak semua mertua punya pandangan negatif, tapi jika mereka punya, mungkin mereka khawatir tentang masa depan hubungan anaknya. Ini bisa disebabkan oleh ketidakpastian dan kekhawatiran bahwa sejarah keluarga kita mungkin akan mempengaruhi hubungan pernikahan yang baru.



Komunikasi yang Membuka Pemahaman: Membina Jembatan Cinta dengan Mertua


  • Pentingnya Komunikasi Terbuka


Percayalah, dalam setiap hubungan, baik itu dengan pasangan atau mertua, komunikasi adalah kunci utama. Apalagi, kalau kita ingin meruntuhkan dinding-dinding prasangka dan ketidakpastian yang ada. Jadi, daripada diam-diam merenung, lebih baik kita mulai berbicara dengan mereka. Cobalah untuk mengajak ngobrol santai, bukan dalam rangka membela diri, tapi untuk berbagi. Ceritakan tentang diri kita, harapan-harapan kita, dan juga tentang bagaimana kita berencana membangun masa depan yang baik bersama pasangan.


  • Memahami Perasaan dan Pikiran Mertua


Nah, kita juga perlu memahami perasaan dan pikiran mereka. Jangan langsung menganggap bahwa prasangka mereka itu "salah". Ada baiknya kita bertanya dengan tulus, menggali lebih dalam tentang perasaan mereka terhadap kita. Pertama kali kita bertemu, mereka mungkin merasa ragu atau bahkan khawatir. Jadi, dengan mendengarkan dengan hati yang terbuka, kita bisa menunjukkan bahwa kita juga peduli dengan apa yang mereka rasakan. Ingat, tujuan kita di sini adalah untuk saling mengenal dan membangun hubungan yang kuat.


  • Mengatasi Prasangka dan Kesalahpahaman


Ketika kita sudah melangkah ke fase komunikasi yang lebih terbuka, saatnya mengatasi prasangka dan kesalahpahaman yang mungkin masih ada di benak mereka. Edukasi adalah kunci di sini. Bantu mereka memahami bahwa masa lalu bukanlah penentu tunggal dari masa depan kita. Ceritakan juga bagaimana kita berusaha menjadi lebih baik dari hari ke hari, dan bagaimana kita ingin menjadikan hubungan ini sebagai bukti nyata transformasi positif.



Melalui langkah-langkah ini, kita bisa mencapai transformasi penerimaan yang luar biasa. Kita bisa membuka mata dan hati mertua untuk melihat bukan hanya latar belakang kita, tapi juga siapa kita sebenarnya. Jika kita berhasil meraih penerimaan dari mereka, ini bukan hanya kemenangan bagi kita, tapi juga untuk hubungan pernikahan kita. Penting juga untuk menyadari bahwa perubahan positif bisa terjadi dalam dinamika keluarga baru kita.


Jadi, untuk menghadapi pandangan mertua yang mungkin kurang positif terhadap anak broken home memang bukan perkara mudah. Tapi ingat, dengan komunikasi yang baik, pemahaman, dan upaya bersama, kita bisa merubah persepsi mereka. Mari kita buktikan bahwa kita adalah individu yang tangguh, penuh cinta, dan mampu membangun hubungan yang kuat di tengah-tengah dinamika keluarga baru. Jangan ragu untuk mencari dukungan dari ahli psikologi jika dibutuhkan. 




Referensi : 


Love, Patricia. 2021. When Parents Don't Like Your Partner: How to Create a Loving Relationship Despite Their Disapproval.


Comments