Realita Married By Accident di Indonesia
Pada dasarnya pernikahan adalah sebuah cerita cinta yang seringkali dianggap sebagai kisah happy ending. Namun, berbeda dengan kisah cinta dibalik married by accident. Di Indonesia, kisah dan tindakan seperti itu masih sangat tidak diterima, khususnya karena masalah moral. Berikut beberapa alasan couple berstatus 'married by accident' tidak diterima di Indonesia dan berbeda dengan negara lain diluar sana:
Norma dan Nilai-Nilai Budaya
Indonesia kaya dengan budaya dan nilai-nilai tradisional yang kuat. Norma-norma sosial, khususnya yang berkaitan dengan pernikahan dan keluarga, masih sangat mempengaruhi pandangan masyarakat. Pernikahan yang terjadi di luar perencanaan bisa dianggap melanggar norma dan nilai-nilai tersebut. Ketidaksesuaian dengan harapan-harapan budaya ini seringkali menjadi faktor utama masyarakat tak bisa menerima MBA
Agama dan Moral
Agama memegang peran sentral dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pernikahan di luar nikah mungkin dianggap melanggar ajaran agama dan norma moral yang dianut. Pandangan ini bisa menjadi hambatan dalam penerimaan terhadap pasangan MBA. Tuntutan untuk hidup sesuai dengan ajaran agama dan moralitas seringkali membatasi ruang bagi pasangan dalam situasi ini.
Tekanan dari Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial, termasuk keluarga dan masyarakat sekitar, dapat memberikan tekanan besar pada individu untuk menjalani hidup sesuai dengan ekspektasi. Pernikahan di luar rencana mungkin dianggap membawa malu atau ketidakpatuhan terhadap norma sosial. Tekanan ini bisa membuat pasangan terjebak dalam situasi yang sulit, karena merasa perlu memenuhi harapan orang lain.
Kurangnya Edukasi tentang Kontrasepsi dan Seksualitas
Salah satu faktor yang menyebabkan masih banyaknya pasangan MBA adalah kurangnya edukasi tentang kontrasepsi dan seksualitas yang benar. Banyak pasangan muda yang tidak memiliki pengetahuan cukup untuk melindungi diri dari kehamilan yang tidak diinginkan. Kurangnya edukasi ini berkontribusi pada tingginya angka kehamilan di luar nikah.
Realitas Sosial-Ekonomi
Tingkat pendidikan, akses terhadap pekerjaan, dan kondisi ekonomi dapat mempengaruhi keputusan pasangan untuk menikah. Dalam beberapa kasus, pasangan mungkin memilih untuk menikah karena tekanan ekonomi atau keterbatasan pilihan lain. Faktor-faktor ini juga memainkan peran dalam terjadinya MBA.
Perubahan Nilai dan Sikap
Meskipun fenomena ini masih kontroversial, perubahan nilai dan sikap masyarakat terjadi seiring dengan perkembangan zaman. Generasi muda mungkin memiliki pandangan yang lebih terbuka dan inklusif terhadap fenomena seperti MBA. Namun, perubahan ini belum sepenuhnya meresap dalam seluruh lapisan masyarakat.
Pengaruh Media dan Globalisasi
Pengaruh media dan globalisasi juga turut membentuk pandangan masyarakat terhadap pernikahan di luar nikah. Media dapat memperkuat norma sosial atau, sebaliknya, memperkenalkan pandangan yang lebih inklusif. Meskipun begitu, pengaruh ini belum merata dan masih dalam tahap perubahan.
Tantangan untuk menerima MBA di Indonesia memang nyata, tetapi bukan berarti tidak ada upaya menuju perubahan. Edukasi yang lebih baik tentang kontrasepsi, seksualitas, dan norma budaya yang inklusif bisa membantu mengurangi angka kehamilan di luar nikah. Peran media, pemimpin masyarakat, dan pendidikan agama juga sangat penting dalam mengubah persepsi dan memberikan dukungan kepada pasangan MBA. Kita semua berperan dalam menciptakan lingkungan yang lebih memahami, inklusif, dan empati terhadap setiap individu, termasuk pasangan yang menemui tantangan dalam hal tersebut. Ini bukan berarti kita juga mendukung, tapi lebih kepada apa yang menjadi pilihan mereka itu yang harus mereka pertanggung jawabkan.
Referensi :
Bottomley, Anne. 2015. Changing Contours of Domestic Life, Family and Law: Caring and Sharing.

Comments
Post a Comment