Ketindihan adalah pengalaman yang mungkin pernah dialami oleh sebagian dari kita. Saat itu terjadi, kita merasa tidak bisa bergerak atau berbicara, seolah-olah ada sesuatu yang menekan tubuh kita dengan kuat. Dalam banyak budaya, pengalaman ketindihan seringkali dikaitkan dengan kehadiran makhluk supranatural, terutama hantu. Namun, apa sebenarnya yang terjadi dalam ketindihan ini dari sudut pandang psikologi?
Mitos Ketindihan oleh Hantu
Mitos ketindihan oleh hantu adalah cerita yang telah beredar dalam berbagai budaya selama berabad-abad. Dalam banyak cerita, ketindihan terjadi ketika seseorang tertidur dan tiba-tiba merasa terjepit oleh kekuatan yang gaib. Mereka seringkali melaporkan pengalaman seperti melihat sosok bayangan atau entitas jahat di sekitarnya. Beberapa bahkan percaya bahwa ketindihan adalah bukti nyata adanya dunia roh yang terhubung dengan kita.
Fakta Ketindihan dalam Psikologi
Namun, dari sudut pandang ilmu psikologi, ketindihan adalah fenomena yang bisa dijelaskan dengan cara yang lebih sederhana. Ketindihan adalah jenis gangguan tidur yang dikenal sebagai "sleep paralysis." Ini terjadi ketika kita sedang tidur dalam fase REM (Rapid Eye Movement) di mana otak aktif, tetapi otot-otot kita lumpuh sementara untuk mencegah kita bergerak saat bermimpi.
Saat sleep paralysis terjadi, kita bisa saja merasa terjepit dan tidak dapat bergerak. Sensasi ini bisa sangat menakutkan dan sering disertai dengan halusinasi visual atau auditori. Bayangan atau entitas yang dilihat oleh orang yang mengalami ketindihan seringkali merupakan bagian dari pengalaman halusinasi ini.
Mengapa ketindihan bisa terjadi?
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan ketindihan. Stress, kurang tidur, perubahan jadwal tidur, dan gangguan tidur lainnya dapat meningkatkan risiko mengalami sleep paralysis. Ini adalah gangguan tidur yang relatif umum dan dapat dialami oleh siapa saja. Ini dia beberapa penjelasan singkatnya:
1. Fase REM (Rapid Eye Movement)
Ketindihan terjadi ketika seseorang tertidur dalam fase REM, yang merupakan fase tidur yang penuh dengan mimpi. Pada fase ini, otak aktif dan berfungsi seperti saat kita terjaga, tetapi otot-otot kita mengalami atonia atau keadaan lumpuh sebagian untuk mencegah kita bergerak saat bermimpi. Ketika seseorang terbangun secara tiba-tiba dari fase REM, mereka mungkin mengalami ketindihan karena otot-otot mereka belum pulih sepenuhnya dari atonia tidur.
2. Gangguan Tidur
Beberapa gangguan tidur, seperti sleep apnea atau narcolepsy, dapat meningkatkan risiko mengalami ketindihan. Sleep apnea, misalnya, mengganggu pola tidur dan pernapasan selama tidur, yang dapat mempengaruhi transisi antara fase tidur dan fase terjaga.
3. Stress dan Kecemasan
Stress dan kecemasan adalah faktor penting dalam timbulnya ketindihan. Ketika seseorang mengalami tingkat stress yang tinggi, sistem sarafnya dapat terganggu, dan ini bisa mengacaukan pola tidur. Stress juga dapat meningkatkan kemungkinan terjaga di tengah malam, sehingga meningkatkan risiko ketindihan.
4. Kurang Tidur
Tidur yang tidak cukup atau tidur yang tidak berkualitas dapat memicu ketindihan. Ketika kita tidur kurang dari yang dibutuhkan, tubuh cenderung "meminta" tidur lebih banyak, dan ini dapat menghasilkan transisi tidur yang tidak normal, termasuk fase REM yang terganggu.
5. Perubahan Jadwal Tidur
Perubahan jadwal tidur yang tiba-tiba, seperti akibat bekerja malam atau perjalanan lintas zona waktu, dapat mempengaruhi ritme tidur alami tubuh. Hal ini dapat menyebabkan gangguan dalam pola tidur dan meningkatkan risiko ketindihan.
6. Faktor Genetik
Ada bukti bahwa ketindihan dapat memiliki komponen genetik. Jika ada riwayat keluarga yang mengalami ketindihan, seseorang mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami fenomena ini.
7. Gangguan Kesehatan Mental
Beberapa gangguan kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan dan depresi, juga dapat meningkatkan risiko mengalami ketindihan. Ini mungkin terkait dengan perubahan pola tidur yang sering terjadi pada orang dengan gangguan kesehatan mental.
Penting untuk diingat bahwa ketindihan, meskipun mungkin menakutkan, umumnya tidak berbahaya secara fisik dan cenderung berlangsung hanya dalam beberapa detik hingga beberapa menit. Jika seseorang sering mengalami ketindihan atau mengalami gangguan tidur lainnya yang mengganggu kualitas tidurnya, sebaiknya mereka berkonsultasi dengan seorang profesional kesehatan atau seorang spesialis tidur untuk mendapatkan nasihat dan bantuan yang sesuai.
Jadi, meskipun banyak mitos yang menghubungkan ketindihan dengan kehadiran hantu atau entitas gaib, penjelasan yang lebih sederhana dapat ditemukan dalam ilmu psikologi. Ketindihan adalah gangguan tidur yang bisa terjadi pada siapa saja dan tidak selalu memiliki kaitan dengan makhluk supranatural. Dengan memahami sains di balik ketindihan, kita dapat merasa lebih tenang ketika menghadapinya dan menghindari mempercayai mitos yang mungkin menakutkan. Ingat, kadang-kadang, hal-hal yang tampak misterius bisa dijelaskan dengan cara yang lebih rasional.
Referensi :
Moulin, Chris. 2022. The Science of Sleep Paralysis: A Comprehensive Guide to Hypnagogic and Hypnopompic Hallucinations.

Comments
Post a Comment