Stigma ditengah masyarakat Indonesia semakin hari semakin merajalela, bagaimana tidak? Hal-hal yang tidak berkaitan satu sama lain saja dapat memiliki nilai negatif. Stigma sendiri memiliki artian sebagai suatu ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya. Stigma menyebabkan prasangka yang secara tidak langsung menolak orang ataupun kelompok karena dianggap berbeda dengan diri kita atau kebanyakan orang dalam konteks ‘normal’.
Ini jelas tidak dapat dipungkiri, bahwa stigma janda di tengah masyarakat Indonesia kini semakin berubah-ubah. Ada yang menganggap bahwa janda itu sosok perempuan yang ‘tidak baik’, adapun yang biasa saja. Belakangan ini, isu terkait janda menyebabkan pro dan kontra karena berbagai alasan. Meskipun zaman terus berubah, pandangan dan sikap negatif terhadap para janda seringkali masih bersemayam di benak masyarakat. Stigma terhadap janda bukanlah fenomena baru. Dalam budaya patriarki yang dominan, status janda sering dianggap sebagai suatu tanda kegagalan dalam pernikahan. Pandangan ini telah diwariskan dari generasi ke generasi, mengakibatkan pemaknaan yang negatif terhadap para janda. Sebagai akibatnya, janda mungkin merasa malu, terisolasi, dan tidak dihargai dalam masyarakat.
Faktor lain yang menyebabkan janda di stigmatisasi adalah pemahaman yang keliru tentang perkawinan. Di Indonesia, perkawinan dianggap sebagai sesuatu yang sakral dan wajib bagi setiap orang. Perempuan yang tidak menikah dianggap sebagai perempuan yang tidak normal.
Stigma janda dapat berdampak negatif bagi kehidupan janda dalam berbagai hal. Secara sosial, janda seringkali dikucilkan dan tidak diterima oleh masyarakat. Mereka juga sering kali menjadi korban diskriminasi di tempat kerja. Secara ekonomi, janda sering kali mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Mereka juga sering kali menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Secara psikologis, stigma janda dapat menyebabkan janda mengalami depresi, stres, dan kecemasan.
Untuk mengatasi stigma janda, perlu dilakukan berbagai upaya. Salah satu upayanya adalah dengan memberikan pemahaman yang benar tentang perkawinan dan status janda. Perlu juga dilakukan sosialisasi tentang hak-hak janda dan memberikan bantuan kepada janda untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan adanya upaya tersebut, diharapkan stigma janda dapat dihilangkan dan janda dapat hidup dengan lebih baik di masyarakat.
Stigma terhadap janda masih merupakan tantangan nyata dalam masyarakat Indonesia. Namun, dengan pendidikan, kesadaran, dukungan sosial, dan perubahan dalam representasi media, kita bisa menciptakan perubahan positif. Mengatasi stigma terhadap janda adalah langkah penting menuju masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan empatik bagi semua individu, tanpa memandang status pernikahan mereka.
Referensi :
Sulandari, Sri. 2018. Janda: Antara Stigma dan Realitas.

Comments
Post a Comment