Dampak Broken Home Terhadap Identitas Diri Anak

Mencari Diri di Tengah Pecahan Broken Home


Tak jarang kita menemukan bahwa banyak teman-teman kita diluar sana yang sedangn berjuang untuk bertumbuh dan mencari jati diri di tengah puing-puing rumah tangga yang hancur, atau yang sering kita dengar dengan istilah "Broken Home." Disini, kita akan menggali lebih dalam tentang bagaimana anak-anak bisa tetap bersinar meski dalam situasi yang mungkin nggak selalu cerah.


Sudah tahukah kamu apa itu "identitas diri" dan bagaimana ia berkembang. Identitas diri anak itu seperti puzzle, loh! Terdiri dari potongan-potongan kecil yang membentuk siapa dirinya. Keluarga, lingkungan, teman, semuanya ikut berkontribusi. Nah, kalo si keluarga tiba-tiba pecah jadi dua, duh, bisa-bisa itu kayak nyemplungin potongan puzzle yang susah dicocok-cocokin. Anak mungkin jadi bingung tentang siapa dia sebenarnya. Jadi, buat teman-teman yang tahu anak di sekitar kita hidup dalam keluarga yang pecah, yuk kita dukung mereka!


Dampak Emosional Terhadap Identitas Diri Anak dalam Broken Home


Hayo, ngaku aja kalau kita pernah ngerasain perasaan nggak enak kalo ada masalah di rumah, apalagi sampai kedengeran bokap-nyokap berantem. Nah, sekarang bayangin aja deh, bagaimana perasaan si kecil ketika itu terjadi terus-menerus. Pasti bingung, cemas, sedih, dan mungkin merasa nggak diinginkan. Hal-hal kayak gini bisa bikin si kecil ngerasa kehilangan arah, kayak hilang di tengah hutan belantara. Mari kita memberi mereka bahu untuk menangis, telinga untuk mendengar, dan senyum untuk mengingatkan bahwa mereka tetap istimewa.


Dampak Sosial dan Hubungan Antarpersonal Anak dalam Broken Home


Bayangin aja, pas di sekolah atau di taman bermain, anak-anak lain pada cerita soal keluarga mereka yang utuh kayak kue bolu yang indah. Nah, si kecil dengan broken home-nya mungkin merasa kayak kue donat yang bolong di tengah-tengah. Mereka bisa jadi malu, minder, atau nggak pede buat bergaul. Kadang, ada juga yang malah jadi banting setir jadi "sok cool," padahal di balik itu semua, mereka sebenernya butuh teman dan dukungan. Karena masalah tersebutlah banyak anak-anak yang cenderung mendapat label 'negatif'. 


Identitas Diri Remaja dalam Konteks Keluarga Broken Home


Nah, kalo situasinya broken home, pertanyaan itu bisa jadi lebih rumit. Remaja bisa jadi kayak detektif, selalu nggali-nggali jawaban buat ngejar "siapa aku?" Mereka mungkin cari-cari identitas mereka di lingkungan sekitar, bisa lewat teman, gaul, atau pun hobi baru. Mungkin juga sih, ada yang jadi "kapten penyelamat" di keluarga mereka, coba bantu perbaiki semua masalah. Yang jelas, mereka punya perjuangan sendiri dalam memahami diri mereka dalam puzzle kehidupan yang terpecah-pecah.



Keluarga yang masih utuh tetap punya peran penting dalam membantu si kecil tetap menemukan potongan-potongan identitas diri mereka. Ajak mereka ngobrol, dengerin cerita mereka, dan kasih tahu bahwa nggak ada yang salah dari mereka. Selain itu, dukungan dari teman, guru, dan lingkungan juga nggak kalah pentingnya. Jadilah teman yang siap mendengarkan dan berbagi cerita positif. Dan, tentu saja, bantuan profesional seperti psikolog atau konseling juga bisa jadi jalan untuk membantu mereka merangkai puzzle identitas diri yang mungkin sempat retak.Kita adalah bahu yang siap menopang, telinga yang siap mendengar, dan tangan yang siap menguatkan. Together, we can make a difference! 




Referensi :


Wulansari, Ajeng. 2022. Broken Home: A Personal Journey.



Comments