Mengapa seorang anak dari keluarga broken home cenderung dianggap "negatif"

                        Apa Sih yang Membuat Anak Broken Home Dianggap Negatif?



Bicara tentang anak-anak dari keluarga broken home, nggak bisa dilepaskan dari dampak-dampak psikologis yang mereka alami, gak sih?. Gimana nggak, mereka harus merasakan perpisahan orang tua yang tentu saja nggak mudah. Emosi jadi berantakan, kepercayaan diri bisa jadi jatuh, dan seringkali ada rasa bingung dan kehilangan arah.  Ditambah lagi bagaimana lingkungan 'menilai' mereka secara brutal. Ini dia beberapa hal yang membuat mereka dianggap 'negatif', yakni : 


Persepsi Sosial 


Tahu nggak, sih, bagaimana masyarakat membentuk persepsi negatif tentang anak-anak dari keluarga broken home? Ini nggak bisa diremehkan, loh. Kita sering dengar kalimat-kalimat stereotip seperti "anak broken home pasti bermasalah" atau "mereka nggak bakal sukses kayak anak dari keluarga utuh." Hal-hal ini sebenarnya terbentuk dari gabungan faktor-faktor sosial, seperti pengaruh lingkungan, norma-norma yang berkembang, dan kadang-kadang kurangnya pemahaman tentang kenyataan yang dihadapi anak-anak ini.


Peran Media dalam Membentuk Citra Negatif

 

Media ternyata juga punya andil dalam membentuk pandangan negatif tentang anak-anak dari keluarga broken home. Seringkali, di film atau acara televisi, mereka digambarkan sebagai sosok yang bermasalah, nakal, atau malah tak punya masa depan cerah. Dan kita tahu kan, banyak orang yang terpengaruh oleh apa yang mereka lihat di layar kaca? Nah, hal ini nggak membantu mengubah pandangan masyarakat, malah makin nempel aja pikiran negatif tentang mereka.


Kurangnya Pemahaman tentang Realitas Keluarga Broken Home


Ini juga menjadi poin utama, dimana orang-orang kebanyakan ngikut alur aja misalnya yang rame dimana ya ngekor aja. Sama halnya dengan stigma ini, orang yang gak salah jadi disangkut pautkan deh. Penting banget, buat kita semua untuk paham tentang apa yang sebenarnya terjadi di keluarga broken home. Bukan cuma ngeliat dari luarnya aja, tapi coba mengerti situasi dan kondisi yang mereka alami. Jangan langsung menghakimi tanpa tahu fakta-faktanya, ya. Sayangnya, nggak semua orang memahami situasi ini dengan baik, jadi seringkali mereka terjebak dalam pandangan sempit tentang anak-anak dari keluarga broken home.


Rintangan dalam Membuktikan Potensi dan Kemampuan


Hambatan-hambatan apa aja sih yang dihadapi anak-anak dari keluarga broken home? Nggak jarang mereka menghadapi diskriminasi atau perlakuan tak adil di sekolah atau lingkungan sekitar. Rasanya seperti harus membuktikan diri lebih keras dan lebih banyak, biar bisa diterima sama teman-teman atau lingkungan sekitar. Tapi, tau nggak? Mereka punya potensi dan kemampuan yang sama seperti anak-anak lainnya, loh. Mereka juga punya mimpi dan cita-cita yang bisa diwujudkan.



Oleh karena itu, dukungan sosial itu sangat diperlukan,  baik dari keluarga, teman, guru, atau masyarakat sekitar. Dengan dukungan itu, anak-anak dari keluarga broken home bisa tumbuh dengan lebih kuat dan percaya diri. Kita juga perlu memberi mereka peluang yang sama untuk berkembang dan mengejar impian, nggak pandang bulu dari latar belakang keluarga. Setiap anak punya potensi dan hak yang sama, tak peduli dari latar belakang keluarga seperti apa. Kita bisa berperan dalam perubahan ini dengan memberikan dukungan dan kesempatan yang pantas untuk mereka. So, mari kita jadi bagian dari perubahan baik ini!




Referensi : 


Indriati, Dewi. 2022. Broken Home: Menemani Anak Menemukan Harapan.


Comments