Gimana sih caranya untuk bisa mengatasi trauma masa lalu dan membangun hubungan yang kokoh dengan komitmen yang kuat dalam keluarga baru? Yup, pasti kamu sudah tahu kan, hubungan keluarga itu seperti pondasi yang mendukung segalanya dalam hidup kita.
Trauma nggak cuma bikin luka di kulit, tapi juga di hati dan pikiran anak. Efeknya tuh bisa ngerusak perasaan, rasa percaya diri, dan pandangan mereka tentang cinta dan hubungan keluarga. Bayangin aja, ketika anak tumbuh di lingkungan yang tidak stabil akibat perceraian atau masalah keluarga lainnya, itu bisa bikin mereka merasa cemas, takut, dan bingung. Jadi, nggak heran kalau trauma ini bisa ngefek banget pada kemampuan mereka membangun komitmen yang kuat di masa depan.
Membina Komitmen dalam Masa Transisi
Nah, kalau kamu atau seseorang yang kamu kenal sedang berada dalam masa transisi dari keluarga broken home menuju keluarga baru. Prosesnya memang nggak selalu mudah, tapi kita bisa menjalani ini bersama-sama. Ingat, memberikan dukungan dan menciptakan lingkungan yang aman itu super penting, apalagi untuk anak-anak. Kita bisa membantu mereka dengan mengajak mereka untuk berbicara tentang perasaan mereka, membiarkan mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian, dan memberikan contoh positif tentang bagaimana hubungan keluarga yang sehat seharusnya terjalin. Dengan cara ini, kita membantu mereka melewati trauma dan membangun komitmen dalam hubungan keluarga yang baru.
Transformasi Trauma Menjadi Kekuatan Komitmen
Eits, jangan salah ya, meskipun trauma itu kayak mimpi buruk yang nggak enak diingat, tapi bukan berarti nggak ada sisi positifnya. Banyak anak yang berhasil mengubah pengalaman traumatis mereka menjadi kekuatan untuk membangun komitmen yang kokoh dalam hubungan keluarga. Mereka mungkin belajar dari pengalaman itu, sadar bahwa hubungan yang sehat itu sangat berharga, dan mereka bisa memutuskan untuk berkomitmen untuk menjadikan keluarga mereka bahagia dan harmonis. Jadi, jangan pernah meremehkan potensi besar yang ada di dalam diri kita dan anak-anak kita untuk berubah dan berkembang menjadi pribadi yang lebih kuat.
Mengatasi Tantangan dan Rintangan
Jelas dong, ketika kita berusaha membangun komitmen dalam hubungan keluarga setelah mengalami trauma, pasti ada tantangan dan rintangan yang harus dihadapi. Nggak usah khawatir, kita bisa menghadapinya dengan kepala tegak dan sikap positif. Identifikasi dulu rintangan yang mungkin muncul, seperti perasaan takut, kebingungan, atau bahkan resistensi untuk berkomitmen lagi. Kemudian, coba terapkan strategi seperti berbicara terbuka dengan anggota keluarga, memahami perasaan masing-masing, dan mencari dukungan dari ahli psikologi atau konselor. Ingat, kita nggak sendirian dalam perjalanan ini!
Memanfaatkan Dukungan Keluarga dan Profesional
Nggak bisa dipungkiri, dukungan keluarga dan profesional itu seperti pendorong ekstra dalam membangun komitmen dalam hubungan keluarga pasca trauma. Orang tua, saudara, atau anggota keluarga lainnya bisa memberikan cinta, pengertian, dan dukungan tanpa batas. Selain itu, para ahli psikologi atau konselor juga bisa menjadi teman curhat yang ngerti banget kondisi kita. Mereka bisa memberikan saran dan strategi konkret dalam menghadapi tantangan, serta membantu kita memahami perasaan dan pikiran kita lebih dalam. Jadi, jangan ragu untuk mencari bantuan dari mereka ya!
Meskipun permasalahan yang kita alami ini nggak mudah, dengan dukungan yang tepat dan tekad yang kuat, kita bisa merubah trauma menjadi kekuatan untuk membina hubungan yang penuh cinta dan kebahagiaan. Jadi, mari kita terus berjuang untuk menjaga komitmen dalam hubungan keluarga kita demi menciptakan masa depan yang lebih baik dan harmonis.
Referensi :
Thomas, W. Katherine. 2015. Conscious Uncoupling: 5 Steps to Living Happily Even After.

Comments
Post a Comment