Kenali Apa Itu Emotional Detachment?

Mungkin ini istilah yang udah sering kita dengar, tapi belum tentu paham dengan baik, yaitu Emotional Detachment. Jadi, siapa nih di antara kamu yang suka tiba-tiba merasa seperti sedang berada di pulau terpisah dari perasaan? Nah, bisa jadi itu adalah saat-saat di mana kamu mengalami apa yang disebut "Emotional Detachment." Kok bisa begitu?
Emotional detachment adalah ketika kita cenderung 'cabut' dari emosi kita sendiri atau orang lain. Bisa dibilang, kita melepaskan diri dari perasaan dan menjaga jarak psikologis. Nah, komponen utamanya itu ada dua: ada 'pemutusan emosional' yang terjadi saat kita benar-benar mencabut dari perasaan itu sendiri, lalu ada 'pemisahan kognitif' yang membuat kita melihat situasi dengan sudut pandang yang lebih netral, tanpa emosi yang berlebihan.
Ciri-ciri dan Tanda-tanda Emotional Detachment
Nah, gimana sih kita tahu kalau kita atau orang di sekitar kita mengalami Emotional Detachment? Ada beberapa tanda yang bisa dilihat, nih.
Perilaku yang Menjaga Jarak Emosional
Bayangkan, kamu lagi ngobrol sama teman dekat atau keluarga, tiba-tiba topik yang sensitif muncul. Nah, kalau kamu merasa enggan atau malah mencari alasan buat nggak terlibat dalam percakapan yang melibatkan emosi mendalam, hati-hati, itu bisa jadi pertanda Emotional Detachment. Contoh, saat teman kamu cerita tentang perasaannya yang sedang gundah gulana, kamu malah merasa kurang nyaman dan mencoba beralih ke topik lain. Ini kayak kamu sedang mengunci pintu hatimu biar nggak ada yang bisa masuk, meskipun sebenarnya ada rasa sayang di sana.
Kebasahan Emosional
Coba deh ingat-ingat, pernah nggak sih kamu merasa kayak mati rasa atau emosi kamu seperti diklik "off" aja? Nah, itu salah satu tanda kebasahan emosional yang sering terjadi saat mengalami Emotional Detachment. Misalnya, biasanya kamu tersedu-sedu nonton film drama, tapi sekarang malah pasrah dan merasa "meh" melihat adegan yang seharusnya bikin hati meleleh. Ini seolah-olah emosi kamu sedang istirahat total, yang bisa jadi karena kamu merasa terlalu lelah untuk terus merasakan hal-hal yang berat.
Dampaknya pada Hubungan dan Kehidupan Sehari-hari
Kalau kamu merasa kayak lagi hidup di pulau sendiri dan kesulitan untuk bener-bener konek dengan orang lain, hati-hati, itu bisa jadi akibat dari Emotional Detachment. Kamu jadi cenderung tidak peka terhadap perasaan orang lain, sehingga bisa terjadi jarak yang semakin membesar antara kamu dan orang-orang di sekitarmu. Ini nggak hanya berdampak pada hubungan personal, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, kamu mungkin merasa nggak begitu bersemangat atau peduli terhadap hal-hal yang biasanya membuatmu senang.
Jadi, intinya, Emotional Detachment ini bisa dilihat dari perilaku yang menjaga jarak emosional, kebasahan emosional, serta dampaknya pada hubungan dan kehidupan sehari-hari kita. Kalau kamu merasa tanda-tanda ini muncul, jangan ragu untuk mencari dukungan dan mengajak dirimu sendiri untuk lebih terbuka terhadap perasaan. Kita semua manusia, punya emosi, dan pantas untuk merasakannya dengan penuh penghayatan!
Ngomong-ngomong soal emotional detachment, juga ada hubungannya dengan kesehatan mental, lho. Jadi, kalau kita terlalu lama terjebak dalam pola ini, bisa-bisa kita jadi makin susah mengatasi perasaan kita sendiri. Ini berdampak pada kesejahteraan psikologis kita. Dan tentu saja, ada potensi konsekuensi negatif juga, seperti isolasi sosial atau sulitnya menjaga hubungan yang intim.
So, itu bukanlah hal yang simpel, bukan? tapi dengan mengenali tanda-tandanya dan mencari bantuan jika diperlukan, kita bisa menjaga kesehatan mental dan hubungan kita dengan lebih baik. Ingat, jangan ragu untuk berbicara tentang perasaanmu dan mencari dukungan. Kita semua punya hak untuk merasa dan dilihat, jadi mari tingkatkan kesejahteraan emosional kita bersama-sama!
Referensi :
Firestone, Lisa. 2022. The Emotionally Detached Woman: How to Break Free from the Patterns of Your Past and Build a Healthier, Happier Life.
Comments
Post a Comment